Selasa, 26 Januari 2016

Chatting WhatsApp dengan Catatan

16/01/2016, 7:12 - Hany Sayang: 7 Keutamaan Ikhas dalam Al-Qur'an (1) https://www.islampos.com/7-keutamaan-ikhas-dalam-al-quran-1-246347/
16/01/2016
, 21:37 - Hany Sayang: HADIAH UNTUK SAHABAT2KU DI GRUP INI

════════
Berkata Umar bin Khattab Radhiyallahu 'anhu: Tidaklah seorang hamba diberi kenikmatan yang lebih besar setelah keislaman, selain sahabat yang sholih. Maka apabila kalian mendapati teman yang sholih, peganglah ia erat-erat"

══════════
Berkata Imam Syafi'i:
" Apabila kalian memiliki teman - yg membantumu dalam ketaatan- maka genggam erat tangannya, karena mendapatkan seorang sahabat itu sulit sedangkan berpisah darinya itu mudah"

══════════
Berkata Al Hasan Al Bashri:
" Sahabat2 kami lebih kami cintai daripada keluarga dan anak2 kami, karena keluarga kami mengingatkan kami pada dunia, sedangkan sahabat2 kami mengingatkan kami pada akhirat. Dan sebagian sifat mereka adalah : itsar (mendahulukan orang lain dalam perkara dunia)

═════๐Ÿ’ ๐Ÿ’ ═════
๐Ÿ’ž Berkata Luqman Al hakim pada anaknya:
" Wahai anak ku hendaknya yang pertama engkau usahakan setelah keimanan kepada Allah adalah mencari sahabat yang jujur. Karena ia ibarat pohon, bila engkau duduk berteduh di bawahnya, ia akan meneduhimu, bila engkau mengambil buahnya dia akan mengenyangkanmu, dan bila ia tidak memberimu manfaat, ia tidak merugikanmu"

═════๐Ÿ’ ๐Ÿ’ ═════
๐Ÿ’ž Ketika Imam Ahmad rahimahullah sakit, sampai terbaring di tempat tidurnya, sahabat beliau, Imam Syafi'i rahimahullah menjenguknya. Maka tatkala Imam Syafii melihat sahabatnya sakit keras, beliau sangat sedih, sehingga menjadi sakit karenanya. Maka ketika Imam Ahmad mengetahui hal ini, beliau menguatkan diri untuk menjenguk Imam Syafi'i. Ketika beliau melihat Imam Syafi'i beliau berkata:
Kekasihku sakit, dan aku menjenguknya
Maka aku ikut menjadi sakit
karenanya
Kekasihku telah sembuh dan ia
menjengukku
Maka aku menjadi sembuh
setelah melihatnya

═════๐Ÿ’ ๐Ÿ’˜๐Ÿ’ ═════
๐Ÿ Ya Allah berikan kepada kami sahabat sahabat yang sholih

๐Ÿ Allah berfirman :
: {ูˆุณูŠู‚ ุงู„ุฐูŠู† ุงุชู‚ูˆุง ุฑุจู‡ู… ุฅู„ู‰ ุงู„ุฌู†ุฉ ุฒู…ุฑุง} .
Imam Ibnul Qayyim berkata menafsirkan ayat ini: "Allah enggan memasukkan manusia ke dalam surga dalam keadaan sendirian, maka setiap orang akan masuk surga bersama sama dengan sahabatnya"

๐ŸŒฟ Aku memohon kepada Allah, dengan nama-namaNya dan sifat-sifatNya yang mulia, agar kita menjadi sahabat sejati dalam ketaatan, yang kelak tangan-tangan ini akan menggandeng tangan yang lain memasuki surgaNya. Aamiin ya Rabbal 'aalamiin
⌣̊┈»̶·̵̭̌✽✽·̵̭̌«̶┈⌣̊๐Ÿ’›๐Ÿ’™๐Ÿ’œ๐Ÿ’š❤

Wahai para sahabat-sahabat ku yg shaleh.. ingatlah diriku ketika kelak ALLAH memasukan dirimu ke surga-NYA.. gandenglah tanganku agar aku dapat beriring bersama denganmu menuju Surga ALLAH....
19/01/2016, 13:25 - Hany Sayang: ๐Ÿ‘7 TANDA KEBAHAGIAAN...
SUDAH BERAPAKAH YANG KITA MILIKI SEKARANG...?๐Ÿ‘

Baca dengan perlahan untuk bisa direnungkan hikmahnya..
Ada 7 tanda-tanda kebahagiaan hidup di dunia:

✅ 1) Qalbun Syakirun..
Hati yang selalu bersyukur, artinya selalu menerima apa adanya (Qana'ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur..

✅ 2) Al-Azwajus Shalihah..
Pasangan hidup yang shaleh/shalihah, pasangan hidup yang shaleh/shalihah akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sakinah..

✅ 3) Al-Auladul Abrar..
Anak yang shaleh/shalihah.. Doa anak shaleh/shalihah kepada orang tuanya dijamin dikabulkan ALLAH, berbahagialah orang tua yang memiliki anak shaleh/shalehah..

✅ 4) Al-Baitus Shalihah..
Lingkungan yang kondusif untuk iman kita..
Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang shaleh yang selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan bila kita salah..

✅ 5) Al-Maalul Halal..
Harta yang halal.. Bukan banyak harta, tapi harta yang dimiliki..
Harta yang halal akan menjauhkan setan dari hati. Hati menjadi suci, bersih dan kokoh.. Sehingga memberikan ketenangan dalam hidup..

✅ 6). Tafaquh fid-dien..
Semangat untuk memahami agama.. Dengan belajar ilmu agama, semakin cinta kepada agama, semakin tinggi cinta kepada Allah dan Rasulullah.. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hati..

✅ 7). Umur yang barokah..
Umur makin tua makin sholeh.. Setiap detiknya diisi dengan amal ibadah.. Makin tua makin rindu untuk bertemu dengan sang pencipta.. Inilah semangat hidup orang-orang yang barokah umur nya..

๐Ÿ’ Semoga Allah mudahkan kita dalam perjuangan besar untuk memiliki 7 indikator kebahagian yang disebut Ibnu Abbas RA diatas..

Aamiin Ya Allah..

BarakaAllahufiikum..
Semoga bermanfaat..


Reposted By
®Rumah Dakwah Indonesia๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ
26/01/2016, 19:38 - Fadrizali: Mertua Ku adalah Orang tua Ku

Ketika seorang wanita menikah, maka tanggung jawab orang tuanya sudah terlepas, karena kini tanggung jawab itu beralih pada sang suami, dan kewajiban sebagai istri adalah memenuhi hak-hak si suami, demikian juga suami terhadap istri. Namun ada yang perlu kita ketahui, kita menikah bukan pada suami kita saja, melainkan pada semua keluarga besar dan juga kedua orang tuanya.

kadang sering terjadi perselisihan memang antara kita dengan keluarga suami, karena dua karakter keluarga dan adat yang berbeda bersatu menjadi keluarga besar. Tapi kita sebagai seorang muslimah yang baik harus mengerti dan memahami. Kita menjadi istri dari anak mertua kita, yang selama ini telah membesarkannya dan berharap suatu hari nanti si anak akan menjaga dan menyayanginya hingga mereka kembali kepada sang khaliq, maka wajarlah kadang bila anaknya ingin menikah, orang tua dari calon mempelai laki-laki menyeleksi calon menantunya terlebih dahulu, sebelum menerimanya menjadi bagian dari keluarga besar mereka.

Beberapa hari lalu seorang teman minta di telfun oleh saya. Dia bilang ingin curhat dengan saya tentang adik iparnya itu, sebenarnya dia sendiri adalah seorang menantu, dan mempunyai adik ipar yang sudah menikah, jadi yang ingin dia ceritakan adalah istri dari adik iparnya itu, dan kebetulan adiknya itu menikah dengan orang yang sama-sama kami pernah kenal dulu. Maksudnya adalah dia ingin sekali mencari solusi bagaimana mengatasi hal ini, karena dia merasa bertanggung jawab dalam hal ini, kenapa…? karena dia yang dulu mengenalkan nya pada adik iparnya itu. Jadi bukan bermaksud untuk ghibah.

Ceritanya memang sangat mengharukan, karena saya benar-banar tidak manyangka sama sekali, saya mengenal teman (adik ipar teman saya) itu adalah orang yang baik, tapi kini jadi berubah. teman saya bercerita istri adik iparnya itu kini tidak punya sopan santun sama sekali dengan ibu mertuanya, apa lagi ketika sempat si adik ipar itu menginap beberapa minggu di rumah mertuanya. Teman saya bercerita kadang adik iparnya itu, suka ketus bila berbicara pada ibu mertuanya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa, karena saya tidak tahu permasalahan yang sebenarnya, jadi saya hanya memberi saran, agar teman saya itu berbicara pada suaminya, maksudnya adik iparnya yang laki-laki, agar dia menasehati istrinya itu.

Sedih sekali saya mendengar cerita teman saya ini, terbayang saya wajah wanita tua itu, mertua dari teman saya, karena saya pernah bertemu dengannya saat liburan tahun lalu. Beliau sudah sangat tua dan beliau mengasuh anak-anaknya sendiri, karena suaminya telah meninggalkannya kembali kepada sang khaliq, ketika anak-anaknya masih kecil-kecil. Betapa sedih hati nya mendapati menantu yang tidak menyayangi dan menghargainya. Terbayang pula oleh saya kedua orang tua suami saya yang sudah renta, beliau tinggal hanya berdua saja, sedangkan kedua anaknya sudah berkeluarga dan tinggal jauh darinya. Walaupun saya atau suami sering menelfunnya, tapi saya yakin beliau ingin sekali berdekatan dengan anak, manantu dan cucu-cucunya.

Saya jadi ingat cerita tentang Nabi Ibrahim, Ketika itu Nabi Ibrahim berkunjung kerumah anaknya Nabi ismail dan saat itu hanya istri nabi ismail lah yang berada di rumah, lalu Nabi Ibrahim bertanya pada istri Nabi ismail, tentang keadaan rumah tangganya, dan di jawab oleh istri nabi ismail dengan ketus serta membuat Nabi Ibrahim tidak suka mendengarnya, maka ketika Nabi Ibrahim hendak pergi meninggalkan rumah itu, Beliau menitip salam untuk Nabi Ismail pada istrinya, agar segera mengganti tiang pintu rumahnya itu. ketika Nabi Ismail kembali salam itu si sampaikannya, Nabi Ismail tahu, bahwa yang berkunjung tadi adalah ayahnya dan saat itu juga Nabi Ismail segera menceraikan istrinya serta mengembalikannya kepada kedua orang tuanya.

Apakah harus demikian dengan kita, tidak…! Kita InsyaAllah bisa lebih baik dari istri Nabi ismail, dalam berbicara dan sopan santun kita kepada mertua kita, karena beliau adalah orang tua kita, setelah kita menjadi istri dari suami kita. Berfikirlah lebih baik wahai Ukhti, karena kita adalah seorang Ibu, dan anak kita kelak akan menikah nanti. Saya juga sempat merasakan hal itu, namun ketahuilah, bahwa semua yang di lakukan oleh orang tua suami kita itu adalah tidak lain hanyalah cemburu belaka, karena anak yang sedianya senantiasa selalu memperhatikannya, kini terbagi perhatiannya, bahkan kadang perhatian itu menjadi lebih sedikit terhadap kedua orang tuanya, malah lebih banyak kepada kita, sebagai istrinya. Tidak kah kita bersyukur mempunyai suami yang sholeh, maka ingatkanlah pada suami kita, untuk selalu memperhatikan orang tuanya yang sudah membesarkannya.

Bila ada kesempatan kita yang memberi kasih sayang lebih banyak pada mertua kita, sebagaimana kita memberikan kasih sayang kita pada Orang tua kita selama ini. Apa lagi bila mertua lelaki kita sudah tiada, maka ibu mertua kita butuh perhatian lebih dari anak-menantunya, bakti kita padanya, seperti bakti kita pada Ibu kita. Jangan sungkan ucapkan sayang pada beliau, agar beliau tahu kalau kita sebagai menantu tidak akan pernah mengambil hak beliau sebagai seorang ibu yang jadi tanggung jawab bagi anak lelakinya yaitu suami kita, walaupun si anak sudah menikah.

Seperti cerita yang pernah saya tulis juga, tentang kasih ibu sepanjang zaman, kasih anak sepanjang galah. Maka jangan kita biarkan suami kita hanya memberikan kasih sayangnya pada orang tuanya, terutama pada ibunya yang sudah melahirkan dan membesarkannya hanya sampai pada suami menikahi kita dan mendapat kasih sayang dari kita, serta merasa cukup. sehingga perhatian pada kedua orang taunya terabaikan. Jangan.
Ingatkan selalu pada suami kita untuk terus berbakti pada kedua orang tuanya.
Memperhatikannya, jangan sampai mertua kita berkata pada suami kita,

" Setelah kamu menikah, kamu tidak lagi memperhatikan Ibu..( Kami ) " .

Sedihkan kita mendengarnya, karena itu suatu keluhan dari seseorang yang mempunyai doa yang makbul, yang cemburu karena kehilangan kasih sayang dari anaknya yang sudah beliau besarkan selama ini.

Kewajiban anak laki-laki dalam memberikan perhatiannya pada kedua orang tuanya, walaupun anak lelaki itu sudah menikah adalah jelas, seperti dalam sabda Rosulullah SAW.

Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki meminta ijin berjihad kepada Rasulullah SAW. Beliau bertanya, "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?" Lelaki itu menjawab, "Masih." Beliau bersabda, "Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap keduanya." (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

Mari sayangi Mertua kita, sebagimana kita menyayangi Kedua Orang tua kita, karena di sana ada do´a untuk kebahagian rumah tangga kita. Amiin.

Wallahu´alam bisshowab.

Heidenheim 11 Maret 2009
26/01/2016, 19:38 - Fadrizali: sumber nya http://www.eramuslim.com/oase-iman/mertua-ku-adalah-orang-tua-ku.htm#.Vqdn8U9QK7Y
26/01/2016
, 19:41 - Fadrizali: Haruskah Istri Berbakti pada Mertua?Istri berbakti pada mertua (orang tua suami), apakah wajib?

Yang jelas istri punya kewajiban untuk berbakti dan taat pada suami.

Dalilnya, hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dia berkata,

ู‚ِูŠู„َ ู„ِุฑَุณُูˆู„ِ ุงู„ู„َّู‡ِ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุฃَูŠُّ ุงู„ู†ِّุณَุงุกِ ุฎَูŠْุฑٌ ู‚َุงู„َ ุงู„َّุชِูŠ ุชَุณُุฑُّู‡ُ ุฅِุฐَุง ู†َุธَุฑَ ูˆَุชُุทِูŠุนُู‡ُ ุฅِุฐَุง ุฃَู…َุฑَ ูˆَู„َุง ุชُุฎَุงู„ِูُู‡ُ ูِูŠ ู†َูْุณِู‡َุง ูˆَู…َุงู„ِู‡َุง ุจِู…َุง ูŠَูƒْุฑَู‡ُ

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Siapakah wanita yang paling baik?" Jawab beliau, "Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci" (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Hadits berikut juga menunjukkan bagaimanakah mulianya seorang wanita jika ia bisa berbakti pada suami dengan baik.

Al Hushoin bin Mihshan menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam karena satu keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepadanya,

ุฃَุฐَุงุชُ ุฒَูˆْุฌٍ ุฃَู†ْุชِ؟ ู‚َุงู„َุชْ: ู†َุนَู…ْ. ู‚َุงู„َ: ูƒَูŠْูَ ุฃَู†ْุชِ ู„َู‡ُ؟ ู‚َุงู„َุชْ: ู…َุง ุขู„ُูˆْู‡ُ ุฅِู„ุงَّ ู…َุง ุนَุฌَุฒْุชُ ุนَู†ْู‡ُ. ู‚َุงู„َ: ูَุงู†ْุธُุฑِูŠْ ุฃูŠู†َ ุฃَู†ْุชِ ู…ِู†ْู‡ُ، ูَุฅู†َّู…َุง ู‡ُูˆَ ุฌَู†َّุชُูƒِ ูˆَู†َุงุฑُูƒِ

"Apakah engkau sudah bersuami?" Bibi Al-Hushain menjawab, "Sudah." "Bagaimana (sikap) engkau terhadap suamimu?", tanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lagi. Ia menjawab, "Aku tidak pernah mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu, karena suamimu adalah surga dan nerakamu." (HR. Ahmad 4: 341 dan selainnya. Hadits ini shahih sebagaimana kata Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1933)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,

ูˆู„ูŠุณ ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ุจุนุฏ ุญู‚ ุงู„ู„ู‡ ูˆุฑุณูˆู„ู‡ ุฃูˆุฌุจ ู…ู† ุญู‚ ุงู„ุฒูˆุฌ

"Tidak ada hak yang lebih wajib untuk ditunaikan seorang wanita –setelah hak Allah dan Rasul-Nya- daripada hak suami" (Majmu' Al Fatawa, 32: 260)

Syaikh Musthofa Al Adawi mengatakan: Tidak wajib, namun mustahab (sunnah) dan itu bagian dari ihsan (berbuat baik). (Video Syaikh Musthofa Al Adawi di Youtube)

Para istri, jangan lupakan yah. Tetap jalin hubungan baik dengan mertua. Raih pahala dengan bentuk berbuat baik dengan mereka, biar lebih menyenangkan hati suami dan Anda punya nilai istimewa di matanya.

Hanya Allah yang memberi taufik.

Disusun di pagi hari penuh berkah di Pesantren Darush Sholihin, 13 Dzulqo'dah 1435 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoCom, Instagram RumayshoCom

Milikilah buku karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal yang membahas fikih jual beli (tinjauan fikih dasar dan masalah kontemporer) dengan judul "Bermodalkan Ilmu Sebelum Berdagang". Harga Rp.30.000,-, terbitan Pustaka Muslim Yogyakarta. Lihat infonya di sini.

Segera pesan via sms +62 852 00 171 222 atau BB 2A04EA0F atau WA +62 8222 604 2114. Kirim format pesan: buku dagang#nama pemesan#alamat#no HP#jumlah buku.
26/01/2016, 19:46 - Fadrizali: Hak Suami & Istri VS Hak Orang tua & Mertua

Suatu ketika ana kembali mendapat pertanyaan melalui inbox di fb, pertanyaan tersebut berbunyi:
Nanya lagi
Kan hadits Rasul bahwa laki2 itu hak ibunya dan perempuan itu hak suaminya, trus ada yg nanya ke saya, ibu2, kalau seorang ibu tidak punya anak laki2 lantas siapa yg akan bertanggung jawab atas nya sedangkan anaknya adalah hak suaminya » tentu kewajiban anak dan menantunya juga (jawab sy) tp sang ibu terlihat tidak puas dg jawaban sy, adakah hadits/dalil yg menjelaskan terkait hal ini? Karena Allah pasti Maha Adil.
Jazakallah


Bismillahirrahmanirrahim

Semoga Allah SWT melimpahkan kekuatan dan kesehatan kepada orang-orang tua kita semuanya jika mereka masih bersama kita saat ini, dan melimpahkan ampunan dan rahmat-Nya bagi orang-orang tua yang telah sampai kepadanya ketentuan dari-Nya. Shalawat dan salam untuk junjungan kita Rasulullah SAW.

Satu hal yang harus difahami dan diketahui bersama, bahwa hak orang tua untuk dihormati oleh anak-anaknya, baik laki-laki ataupun perempuan, di dalam Al-Qur'an ditempatkan pada urutan kedua setelah penyebutan hak Allah untuk disembah. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:

ูˆَู‚َุถَู‰ ุฑَุจُّูƒَ ุฃَู„َّุง ุชَุนْุจُุฏُูˆุง ุฅِู„َّุง ุฅِูŠَّุงู‡ُ ูˆَุจِุงู„ْูˆَุงู„ِุฏَูŠْู†ِ ุฅِุญْุณَุงู†ًุง ุฅِู…َّุง ูŠَุจْู„ُุบَู†َّ ุนِู†ْุฏَูƒَ ุงู„ْูƒِุจَุฑَ ุฃَุญَุฏُู‡ُู…َุง ุฃَูˆْ ูƒِู„َุงู‡ُู…َุง ูَู„َุง ุชَู‚ُู„ْ ู„َู‡ُู…َุง ุฃُูٍّ ูˆَู„َุง ุชَู†ْู‡َุฑْู‡ُู…َุง ูˆَู‚ُู„ْ ู„َู‡ُู…َุง ู‚َูˆْู„ًุง ูƒَุฑِูŠู…ًุง (23)

"Dan Tuhanmu telah memutuskan (mewajibkan), untuk tidak menyembah segala sesuatu selain kepada-Nya, dan berbuat baik kepada kedua orang tua, jika keduanya sampai pada usia lanjut bersamamu, ataupun salah satu di antara keduanya. Maka janganlah berkata kepada keduanya "Ah…!!!," dan janganlah menghardik keduanya, dan berkatalah kepada keduanya dengan perkataan yang mulia." (Al-Isra' 17: 23)

Ayat ini menyiratkan kepada kita bahwa pada kondisi bagaimanapun, hak orang tua untuk dihormati, diperlakukan dengan baik, didengar nasihat-nasihatnya, disilaturahimi, dan lain sebagainya, tetaplah ada dan tidak bisa diganggu gugat, baik itu oleh suami, istri, atau siapapun. Hal ini berlaku untuk anak laki-laki ataupun perempuan, baik yang sudah menikah ataupun masih jomblo, karena ini adalah hukum asalnya.

Satu hal lagi yang perlu kita ketahui juga, bahwa tidak hanya dalam Al-Qur'an hak orang tua menjadi hak istimewa yang diletakkan setelah hak Allah SWT, dalam hadits-hadits Rasulullah SAW pun hak ini tetap ditempatkan sesudah hak Allah SWT. Sebagai contoh yaitu:

ุนَู†ْ ุนَุจْุฏِ ุงู„ุฑَّุญْู…َู†ِ ุจْู†ِ ุฃَุจِูŠ ุจَูƒْุฑَุฉَ ุนَู†ْ ุฃَุจِูŠู‡ِ ุฑَุถِูŠَ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู†ْู‡ُ ู‚َุงู„َ ู‚َุงู„َ ุงู„ู†َّุจِูŠُّ ุตَู„َّู‰ ุงู„ู„ู‡ُ ุนَู„َูŠْู‡ِ ูˆَุณَู„َّู…َ ุฃَู„َุง ุฃُู†َุจِّุฆُูƒُู…ْ ุจِุฃَูƒْุจَุฑِ ุงู„ْูƒَุจَุงุฆِุฑِ ุซَู„َุงุซًุง ู‚َุงู„ُูˆุง ุจَู„َู‰ ูŠَุง ุฑَุณُูˆู„َ ุงู„ู„ู‡ِ ู‚َุงู„َ ุงู„ْุฅِุดْุฑَุงูƒُ ุจِุงู„ู„ู‡ِ ูˆَุนُู‚ُูˆู‚ُ ุงู„ْูˆَุงู„ِุฏَูŠْู†ِ.

"Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari ayahnya, ia berkata, Nabi SAW bersabda,"Maukah kalian aku kabarkan mengenai dosa yang paling besar…??? Beliau mengulanginya tiga kali, maka para sahabat menjawab,"Mau, ya Rasulullah." Beliau bersabda,"Syirik menyekutukan Allah, dan durhaka terhadap orang tua."

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasa'i, Imam Ahmad, Abdurrazaq, Al-Baihaqi, Al-Thabrani, Ibnu Hibban, Al-Bazzar, Dhiya' Al-Maqdisi, Al-Hakim, Al-Ashbahani, Al-Darimi, Al-Thahawi, dan Al-Thayalisi, semoga Allah SWT merahmati mereka semuanya.

Selain itu, di antara ayah dan ibu, yang paling utama dan paling berhak untuk dihormati adalah ibu, hal ini diisyaratkan dalam hadits:

ุนู† ุฃุจูŠ ู‡ุฑูŠุฑุฉ ู‚ุงู„: ุฌุงุก ุฑุฌู„ ุฅู„ู‰ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… ูู‚ุงู„ ู…ู† ุฃุญู‚ ุงู„ู†ุงุณ ุจุญุณู† ุตุญุงุจุชูŠ ؟ ู‚ุงู„ ุฃู…ูƒ ู‚ุงู„ ุซู… ู…ู† ؟ ู‚ุงู„ ุซู… ุฃู…ูƒ ู‚ุงู„ ุซู… ู…ู† ؟ ู‚ุงู„ ุซู… ุฃู…ูƒ ู‚ุงู„ ุซู… ู…ู† ؟ ู‚ุงู„ ุซู… ุฃุจูˆูƒ.

"Dari Abu Hurairah, ia berkata, seorang laki-laki telah datang kepada Rasulullah SAW, siapa orang yang paling berhak untuk dihormati? Rasulullah SAW menjawab,"Ibumu," laki-laki tersebut menjawab,"Kemudian siapa?" beliau menjawab,"Ibumu," laki-laki itu menjawab,"Kemudian siapa? Beliau menjawab,"Ibumu," laki-laki itu menjawab,"Kemudian siapa?" Rasulullah SAW menjawab,"Bapakmu."

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim, dan yang selain keduanya.
Hukum asal mengenai hak dan posisi seorang anak terhadap kedua orang tua khususnya ibu, haruslah diketahui dan benar-benar difahami oleh seorang suami ataupun istri. Sehingga dengan demikian, seorang suami yang shaleh tidak akan membiarkan bidadari tercintanya menzhalimi hak mertuanya sendiri, akan tetapi harus membantunya untuk menunaikan hak-hak tersebut secara proporsional. Demikian pula dengan seorang istri yang shalihah, ia tidak akan membiarkan mujahid tercintanya menzhalimi hak mertuanya, atas nama cinta terhadap istri. Namun sang istri juga harus memastikan bahwa sang suami tercinta memenuhi semua hak dan tanggung jawabnya secara proporsional terhadap orang tuanya.

Jika hukum asal di atas sudah difahami, maka ana selanjutnya akan menjelaskan maksud hadits yang disebutkan dalam pertanyaan di atas. Secara lengkap, hadits yang disebutkan dalam pertanyaan di atas adalah sebagai berikut:


ุนู† ุนุงุฆุดุฉ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ุง ู‚ุงู„ุช : ู‚ู„ุช ูŠุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุฃูŠ ุงู„ู†ุงุณ ุฃุนุธู… ุญู‚ุง ุนู„ู‰ ุงู„ู…ุฑุฃุฉ ؟ ู‚ุงู„ : ุฒูˆุฌู‡ุง ู‚ู„ุช : ูุฃูŠ ุงู„ู†ุงุณ ุฃุนุธู… ุญู‚ุง ุนู„ู‰ ุงู„ุฑุฌู„ ؟ ู‚ุงู„ : ุฃู…ู‡.

"Dari Aisyah r.anha, ia berkata, saya berkata kepada Rasulullah SAW,"Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling besar haknya kepada seorang perempuan/istri? Beliau menjawab,"Suaminya." Aku berkata,"Dan siapakah manusia yang paling berhak terhadap seorang laki-laki/suami? Beliau menjawab,"Ibunya."

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam An-Nasa'i, Al-Hakim, dan Imam Al-Bazzar. Berkaitan dengan derajatnya, Imam Al-Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih sesuai syarat Imam Bukhari dan Imam Muslim, namun keduanya tidak meriwayatkannya. Mengenai riwayat Al-Bazzar, Al-Hafiz Al-Mundziri menyebutkan dalam Al-Targhib wa Al-Tarhib bahwa sanad yang disampaikan oleh Al-Bazzar berderajat hasan.

Dalam memahami hadits ini, haruslah tetap diingat bahwa hukum asal mengenai berbakti kepada kedua orang tua adalah wajib bagi setiap anak, sebagaimana dalam pembahasan yang sudah diuraikan diatas.

Dengan demikian, makna pernyataan bahwa yang paling berhak terhadap seorang perempuan yang sudah menikah adalah suaminya, bukan berarti hak tersebut mutlak sehingga harus mematuhi suaminya meskipun suami tersebut memerintahkan untuk berbuat durhaka kepada kedua orang tua. Karena telah tetap kaidah dalam agama ini bahwa Rasulullah SAW menyatakan:

ู„ุงุทุงุนุฉ ููŠ ู…ุนุตูŠุฉ ุงู„ู„ู‡ ุฅู†ู…ุง ุงู„ุทุงุนุฉ ููŠ ุงู„ู…ุนุฑูˆู

"Tidak ada ketaatan (kepada mahluk), jika ketaatan tersebut mengandung maksiat kepada Allah, karena sesungguhnya ketaatan itu hanya ada dalam perkara-perkara yang ma`ruf (baik)."

Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Al-Thabrani.

Ana tegaskan kembali bahwa hak orang tua memiliki peringkat kedua di bawah syirik kepada Allah SWT, yang pengkategorian dosanya pun disebutkan dengan dosa syirik. Ini menyiratkan bahwa menzhalimi hak orang tua adalah bentuk lain dari menzhalimi hak Allah SWT pula. Ini berarti pula bahwa menzhalimi hak orang tua adalah sebuah dosa dan kemaksiatan yang sangat besar, sehingga tidak boleh taat kepada siapapun yang memerintahkan untuk melakukannya, meskipun kepada suami ataupun istri.

Demikian pula halnya dengan pernyataan bahwa seorang laki-laki adalah hak ibunya, bukan berarti dengan hal tersebut menjadi alasan untuk menzhalimi hak-hak istri dan keluarga yang lainnya. Karena semuanya memilki hak masing-masing, yang harus ditunaikan secara proporsional.

Sebagai penutup, melalui tulisan ini ana berwasiat kepada kaum muslimin yang membaca tulisan ana ini, janganlah pernah mengabaikan hak orang tua kita, khususnya jika mereka telah lanjut usia dan tidak mampu lagi mencari nafkah dan kebutuhan untuk diri mereka masing, janganlah sampai kesibukan kita dengan amanah-amanah dakwah dan keluarga, menjadikan kita lupa bahkan tidak ingat untuk sekedar berkunjung dan menanyakan kabar kepada kedua orang tua kita.

Sebenarnya ana sangat miris melihat dan menemukan sangat banyaknya orng-orang tua yang terlantar di usia senjanya, karena anak-anaknya sudah berkeluarga semuanya. Jangan sampai hal ini terjadi di kalangan keluarga para aktivis dakwah.

Bagi para aktivis yang sudah berkeluarga, ana wasiatkan untuk jangan sampai ada rasa membeda-bedakan antara orang tua kandung dan mertua, karena keduanya adalah sama-sama orang tua yang paling wajib merasakan kebaikan dan keindahan akhlaq dari anak kandung dan menantunya.
Bekerjasamalah dalam berbakti dan taat kepada keduanya, apapun posisi kita, baik sebagai suami, ataupun sebagai istri.

Semoga bermanfaat………..

Bandung, 4 April 2013 Pkl.11.35 menjelang Zhuhur

Khadim Al-Qur'an wa As-Sunnah

Aswin Ahdir Bolano
26/01/2016, 19:48 - Fadrizali: sumber http://aktivis-dakwah.blogspot.co.id/2013/04/hak-suami-istri-vs-hak-orang-tua-mertua.html

Riwayat chatting terlampir

Tidak ada komentar:

Posting Komentar